Tujuh Mitos Seputar Belajar Matematika

Pengalaman belajar matematika di sekolah bagi beberapa orang tidak begitu menyenangkan. Bahkan banyak yang mengalami trauma karena pengalaman buruk yang didapatkan ketika belajar matematika. Entah itu disebabkan karena gurunya, teman-teman sekelas, tugas-tugas dan PR yang begitu banyak, soal ulangan yang membuat stress, dan sebagainya. Pengalaman buruk yang dialami beberapa orang ketika belajar matematika tersebut diceritakan kembali kepada generasi berikutnya dan diceritakan secara berlebihan. Akibatnya, beberapa orang siswa yang baru mulai belajar matematika dengan guru khusus bidang studi matematika (biasanya di SMP) mengalami stress dan tidak bisa mengikuti proses pembelajaran matematika dengan baik. Bahkan ada yang paranoid dengan pelajaran ini, sehingga ketika pembelajaran matematika berlangsung timbul rasa tidak nyaman, stress, dan ketakutan yang berlebihan. Mitos seputar belajar matematika berlangsung turun-temurun dari generasi ke generasi, khususnya di Indonesia. Apa saja mitos seputar belajar matematika yang banyak beredar di kalangan masyarakat? Simak penjelasan saya berikut ini.

Matematika adalah pelajaran yang sulit
Setiap ilmu pada awalnya terasa sulit dipelajari. Apalagi ilmu yang baru bagi kita. Begitu pun dengan matematika. Pada awal belajar matematika di sekolah menengah pertama mungkin kita menemui kesulitan belajar matematika. Wajar saja karena memang baru bagi kita. Di sinilah kemampuan bertanya dan bernalar kita dibutuhkan. Dengan bertanya, kesulitan tersebut dapat diatasi dan dengan bernalar kita dapat berpikir sistematis untuk mempelajari konsep-konsep matematika. Jika kita mengikuti pelajaran matematika dengan baik tahap demi tahap dan mencoba memahaminya dengan mempelajari kembali sendiri dijamin kita tidak lagi akan menganggap sulit pelajaran matematika. Justru akan menjadi kesenangan tersendiri ketika menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika. Baik pada pelajaran matematika sendiri, pada pelajaran lain, atau pada kehidupan sehari-hari. Jadi, mitos tersebut tidak sepenuhnya benar jika kita mau belajar matematika dengan sungguh-sungguh.

Matematika adalah pelajaran berhitung
Ini adalah mitos yang memasyarakat. Hampir setiap orang di Indonesia ini menganggap bahwa kalau pintar dalam berhitung pasti akan pintar matematika. Berhitung hanyalah salah satu kemampuan matematis. Lebih dari itu, belajar matematika membutuhkan kemampuan bernalar, koneksi, kreativitas, pemecahan masalah, komunikasi, dan sebagainya. Berhitung adalah alat untuk membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi bilangan. Tidaklah benar bahwa matematika sepenuhnya merupakan pelajaran berhitung. Namun demikian, berhitung merupakan kemampuan yang wajib dimiliki untuk mempelajari matematika. Tapi kemampuan berhitung ini bukan berarti kita harus bisa menghitung hasil perkalian puluhan dengan puluhan, ratusan dengan ratusan, atau ribuan dengan ribuan. Kita hanya perlu memiliki kemampuan tentang metode berhitung yang sistematis dan dapat memahami konsep bilangan beserta operasinya. Oleh karena itu, cukup penting untuk mengikuti pelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar ketika menginjak kelas 1 sampai kelas 3. Karena konsep dasar berhitung diajarkan di kelas ini.

Guru matematika galak
Menurut saya sebenarnya galak itu adalah image yang ingin dibangun oleh seorang guru agar siswa menganggap belajar sebagai kegiatan yang serius dan berharap dengan image seperti itu siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik disertai disiplin. Ada guru yang hanya berniat untuk bersikap tegas tapi diartikan sebagai sikap galak oleh siswanya. Sepertinya batas antara sikap tegas dan galak itu sangat tipis. Saking tipisnya, beberapa orang mungkin tidak bisa membedakan kedua sikap tersebut. Mungkin yang dilakukan oleh seorang guru matematika bukanlah galak tapi mencoba bersikap tegas. Bagi saya orang galak itu biasanya dilakukan oleh komandan tentara agar pasukannya menurut apa pun komando darinya. Tapi seorang guru matematika tidaklah begitu. Guru matematika yang terlihat galak mungkin sedang mencoba bersikap tegas agar siswanya belajar dengan serius dan disiplin. Coba saja lihat bagaimana sikap guru yang galak ketika di luar kelas di lingkungan sekolah. Pasti dia akan bersikap ramah, tidak segalak yang terlihat ketika sedang di kelas.

Pelajaran matematika tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Banyak yang akhirnya tidak serius dalam mempelajari matematika karena menganggap pelajaran matematika tidak dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Bahkan argumen ini sering dijadikan alasan siswa untuk tidak serius belajar matematika. Dan akhirnya dia tidak bisa memahami pelajaran matematika dengan baik. Beberapa materi matematika memang secara praktis tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi materi matematika ini berkontribusi besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Bahkan ada seorang dosen yang mengatakan bahwa kalau diibaratkan kemajuan suatu bangsa itu sebagai gedung tinggi yang megah, matematika adalah fondasinya. Tidak terlihat, tapi penting. Berbagai macam penelitian tidak akan berjalan baik tanpa matematika. Sains tidak akan berkembang tanpa bantuan matematika. Penciptaan suatu produk pun tidak terlepas dari kontribusi matematika di dalamnya. Batu bata yang membuat sebuah bangunan tetap kokoh berdiri disusun berdasarkan konsep perbandingan. Jelas ini adalah konsep matematika. Memang matematika tidak secara praktis diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari, tapi konsep matematika sedikit-banyak menunjang kehidupan sehari-hari kita. Kemampuan seseorang dalam memecahkan matematika juga berbanding lurus dengan kemampuan orang tersebut dalam memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematika ini membuat seseorang bisa berpikir secara sistematis dalam memecahkan masalah apa pun.

Belajar matematika harus menghapal rumus
Bagi beberapa orang matematika identik dengan rumus. Begitu banyak rumus tersebar dalam pelajaran matematika bahkan sampai ada yang memperjual-belikan rumus tersebut melalui buku yang berisi kumpulan rumus matematika. Rumus matematika terasa begitu banyak karena kita tidak mencoba memahami hubungan antar-rumus yang disebut juga dengan koneksi matematika. Rumus matematika bermula dari definisi yang merupakan sebuah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya karena definisi dalam matematika memang sudah benar. Definisi dibuat berdasarkan fakta yang ada di alam dan sifatnya tidak bertentangan dengan alam. Dari definisi inilah rumus-rumus yang begitu banyak bermunculan. Memang, beberapa rumus perlu kita hapalkan agar kita mudah memanggilnya kembali ketika kita membutuhkannya. Tapi kalau kita bisa menghubungkan satu rumus dengan rumus lainnya, dengan sendirinya kita bisa menghapal begitu banyak rumus matematika dengan baik. Bahkan kalau kita mencoba menurunkan suatu rumus dari rumus yang sudah ada, kita akan lebih mudah dan lebih lama mengingat rumus-rumus matematika. Atau mungkin saja kita mempunyai rumus sendiri untuk menyelesaikan permasalahan matematika.

Soal matematika selalu dan hanya diselesaikan dengan rumus
Bagi beberapa orang yang mengidentikan matematika dengan rumus ketika mendapat soal matematika yang mungkin menjadi pertanyaan pertama dia adalah rumus apa yang digunakan. Rumus matematika itu ibarat bumbu masakan dan jawaban matematika adalah sajian masakannya. Masalah matematika mungkin diselesaikan dengan rumus tapi bukan berarti kita hanya perlu berbekal hapal rumus untuk menyelesaikan matematika. Rumus-rumus yang ada perlu kita olah dan kita ramu agar permasalahan matematika dapat dijawab dengan baik. Penyelesaian dari permasalahan matematika tidak melulu soal rumus tapi perlu juga untuk menjelaskan dengan kata-kata mengenai penggunaan rumus dan alasan menggunakan rumus tersebut. Dengan demikian, orang lain yang membaca jawaban dari permasalahan matematika tersebut dapat juga mengerti dan memahaminya. Kemampuan menyajikan jawaban matematika yang sistematis dan dapat dimengerti oleh orang lain adalah kemampuan komunikasi matematik. Seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi matematik yang baik dapat menyajikan jawaban yang bisa dimengerti mulai dari orang awam sampai profesor sekali pun. Jadi, penyelesaian soal matematika tidak selalu dan tidak hanya diselesaikan dengan rumus, tapi perlu juga mengkomunikasikan jawaban dengan baik.

Soal matematika harus dikerjakan dengan cara tertentu
Dua orang atau lebih jika diberikan jawaban matematika tanpa instruksi tertentu mungkin akan memberikan jawaban akhir benar yang sama tapi dengan proses berbeda. Selama proses yang digunakan tidak bertentangan dengan konsep matematika, jawaban tersebut tidak ada yang salah. Mitos yang satu ini berkembang karena beberapa guru matematika memaksakan siswanya untuk menggunakan proses tertentu dalam menyelesaikan soal dan menganggap salah proses yang berbeda dari yang ditentukan oleh guru tersebut. Padahal selama proses yang digunakan benar dan sesuai dengan konsep matematika yang ada, jawaban tersebut adalah benar. Kemampuan untuk menggunakan proses dalam menyelesaikan soal matematika adalah kemampuan kreativitas matematik. Dalam menyelesaikan soal matematika, seharusnya guru memberi kebebasan kepada siswa dalam menggunakan proses apa pun selama masih sesuai dengan konsep matematika yang ada. Dengan demikian, kreativitas matematik siswa bisa terlatih dan tidak ada penyeragaman pola pikir pada diri siswa. Jadi sebenarnya tidak ada proses tertentu dan baku dalam menyelesaikan soal matematika. Kita bisa menyelesaikan soal matematika dengan berbagai macam proses yang menurut kita efektif dan efisien selama tetap memperhatikan kebenaran dari konsep yang kita jadikan proses.

Itulah tujuh mitos mengenai belajar matematika. Sampai saat ini mitos tersebut masih ada dan menghantui siswa dalam belajar matematika, sehingga membuat pelajaran matematika menjadi terasa sulit.

Oleh Opan
Dibuat 17/06/2013
Seorang guru matematika yang hobi menulis tiga bahasa, yaitu bahasa indonesia, matematika, dan php. Dari ketiganya terwujudlah website ini sebagai sarana berbagi pengetahuan yang dimiliki.

Gabung grup telegram t.me/mathsid untuk diskusi dan tanya-jawab

Demi menghargai hak kekayaan intelektual, mohon untuk tidak menyalin sebagian atau seluruh halaman web ini dengan cara apa pun untuk ditampilkan di halaman web lain atau diklaim sebagai karya milik Anda. Tindakan tersebut hanya akan merugikan diri Anda sendiri. Jika membutuhkan halaman ini dengan tujuan untuk digunakan sendiri, silakan unduh atau cetak secara langsung.